Ads (728x90)



Dalam ayat 11 dan 12 Surat Al-Hujurat, Al-Qur’an menyinggung tentang perbuatan buruk yang tersembunyi. Perbuatan buruk yang hukum tidak dapat mengontrolnya. Yang pertama adalah prasangka; memandang rendah manusia dan berprasangka buruk terhadapnya. Kedua hal tersebut merupakan dua mata rantai yang saling bertautan, seperti dua sisi mata uang.

Kita tidak akan memandang rendah seseorang apabila kita tidak berprasangka buruk kepadanya dan menganggap diri kita lebih baik darinya. Kita tidak akan mengolok-olok seseorang yang kita kagumi dan orang-orang yang ketahui bahwa mereka lebih baik dari kita, kecuali dalam situasi-situasi yang menyimpang dari kebiasaan.

Seperti dalam ayat:
وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ
 “Dan mereka itu mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenarannya) Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orangorang yang berbuat kerusakan.” (An-Naml: 14)

Sikap merendahkan manusia itu tumbuh dari sifat bangga diri, sifat sombong, sifat takabur dan congkak. Rasa bangga terhadap diri mendorong untuk meremehkan orang-orang yang tidak disukai. Sifat congkak akan mendorong untuk melihat manusia dengan pandangan merendahkan dan membusungkan dada.
Semua itu merupakan perbuatan-perbuatan buruk yang tidak tampak. Itu adalah bengkakan kanker yang tumbuh dalam diri. Kanker tersebut tidak menyerang otak, hati, darah, atau tulang, karena kanker tersebut adalah kanker dien. Kanker yang memakan dien setiap hari sedangkan kita tidak menyadarinya.
Cukuplah bagi kita mengetahui sabda Rasulullah berikut ini:

“Cukuplah seseorang dianggap melakukan sesuatu dosa, jika ia menghina saudaranya muslim.”(HR.Muslim)
“Setiap muslim adalah haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya atas muslim yang lain dan supaya ia menaruh prasangka padanya yang baik-baik saja.” (HR.Muslim)

Kehormatan itu bukan aib. Berprasangka dalam soal kehormatan itu bentuknya bukan seperti menuduh seseorang berzina. Kata “Irdhu” menurut makna bahasanya ialah segala sesuatu yang dipuji dan dicela pada seseorang. Maka cara berbicara, cara berjalan, dan cara berpakaian seseorang itu termasuk kehormatan. Demikian juga cara berperangnya termasuk kehormatan.

Adapun prasangka itu tidak berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran.
Rasulullah bersabda, “Jauhilah prasangka, karena prasangka adalah sedusta-dusta pembicaraan.”(HR.Muslim)
Allah berfirman:
إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الأنْفُسُ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَى
 “Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang kepada mereka petunjuk dari Rabb mereka.” (An-Najm: 23)
Allah menghubungkan “Huda” (petunjuk) dengan “Zhan” (prasangka)
Allah berfirman:
وَإِنَّ الظَّنَّ لا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا
 “Dan sesungguhnya prasangka itu tidak berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran.” (An-Najm: 28)
Jauhkanlah sifat prasangka dan congkak dalam diri kita. Karena sifat-sifat itu akan merusak keharmonisan sesama saudara seiman. Bukan tidak mungkin jika sifat-sifat buruk itu masih ada, persatuan dan kesatuan umat Islam akan terpecah dan timbul kerusakan dimana-mana. Wallahu a’lam bi shawab.


Penulis : Dhani El_AShim
Diinisiasi dari Tarbiyah Jihadiyah jilid 7 karya syaikh Abdullah Azzam rahimahullah
Sumber: kiblat.net

Post a Comment